=

Rabu, 09 Juli 2014

Cerbung: Feel This Moments, (Boy X Boy) Part 6

Judul: Feel This Moments
Genre: Romance, Gay, Boy x Boy
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



            Sepulang dari taman, Scott mengantar aku. Aku memberinya ciuman perpisahan, ciuman kali ini sungguh nikmat. Aku seperti terbius oleh bibirnya yang nikmat. Berkali – kali aku memagutkan daguku ke dagunya. “shh, tahan, sayang, kau harus tidur sekarang,” ucapnya
            “oke, besok kau kuliah ‘kan?” tanyaku
            “iya, besok kujemput, pakai mobilku,” ucapnya sambil tersenyum
            “oke, aku tunggu besok,” ucapku sembari membuka gerbang depan rumah. Aku melambaikan tanganku pelan pada Scott lalu berlari menuju rumah. Untuk saat ini kurasa hanya Scott yang bisa membuatku tersenyum. Aku merogoh saku celanaku karena merasakan pesan masuk pada hand phoneku.
From: Scott
To: Mitch
Have a nice dream sweety
            Tulis sms itu di hand phoneku. Aku tersenyum tipis saat membaca pesan itu. Setelah membersihkan diri seadanya aku pergi ke bed tanpa membalas sms itu. Cukup egois memang tapi rasa kantuk yang menggerogoti diriku membuatku tak bisa apa – apa. Sedetik kemudian aku merasa seperti jatuh dalam relaksasi yang membuatku santai.
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
            Aku tidak tahu mengapa aku bangun lebih awal. Saat kuliah aku biasanya bangun jam setengah tujuh. Tapi, ini baru jam setengah enam aku sudah bangun. Maid – maid paman Felix pasti sudah menyiapkan sarapan. Aku belum memberitahu mereka kalau aku nggak bisa langsung makan, makanan yang berat. Aku mengambil toples sereal mixku, yaitu, semua sereal yang kubeli beberapa hari lalu aku campur semua. Kebiasaanku, aku tidak tahu mengapa aku suka mencampur sereal itu. Rasanya mungkin aneh bagi sebagian orang. Tapi, bagiku itu rasa terbaik yang pernah ada. Aku memasukan serealku ke mangkuk dan menuangkan susu rasa stroberi. Karena aku lebih suka susu rasa stroberi di serealku daripada susu vanilla atau cokelat.
            Aku mandi sesudah sarapan, kebiasaan lamaku. Setelah berpakaian yang cukup pantas aku kembali melihat jam tanganku. Masih jam tujuh lebih sepuluh menit. Aku turun keruang tamu dan melihat Zack sedang menonton berita pagi. Ini cukup aneh biasanya Zack paling tidak suka acara berita. Aku duduk disampingnya dan mengganti channel ke chanel kesukaanku, Disney. Channel ini sekarang memutar kartun Phineas & Ferb. Zack tidak berkomentar atas aksiku, ia hanya diam saja menatap kosong layar televise.
            “Zack,” panggilku, tak ada jawaban,”Zack,”panggilku lagi dengan lebih keras. Oke aku kehabisan kesabaran.
            “ZACHARY ALLAN CARELL, KALAU AKU NGOMONG DIRESPON DONG,” teriakku
            “apaan?” ucapnya singkat
            “kamu kenapa, sih?” tanyaku
            “kenapa, gimana?” Tanya Zack balik
            “kenapa kamu bengong aja, lagi mikirin apa?” tanyaku lagi
            “eng….gak, gak papa!” ucapnya gagap, ‘aneh’ pikirku. Ia mengambil remote ditanganku lalu menggantinya dengan acara music.
            “ish, kok diganti?” ucapku kesal
            “itu acara bocah,” ejeknya
            “ ‘kan lebih keren, ketimbang, ugh, itu film horror atau music video? Merinding aku ngeliatnya,” komentarku saat music video yang diputar menampilkan korban tabrakan dari lagu maroon 5 yang berjudul maps.
            “tapi ‘kan, lebih baik dari seorang anak yang membangun benda fantasi yang hasilnya selalu rusak atau hilang dibagian akhir dan seekor platypus yang menjadi ditektif dan menggagalkan rencana seorang ilmuwan jahat,” ucapnya cepat. Aku tak menjawab perkataan Zack.
            Jam sudah menunjukan waktu setengah Sembilan. aku kembali keatas untuk bersiap siap menuju ke kampus. Aku memasukan buku – buku, laptop, serta tempat pensil ke tasku. Tak lupa aku membawa charger handphone, charger laptop serta powerbankku. Aku kembali turun setelah semua yang kubutuhkan telah masuk kedalam tasku. Setibanya diruang bawahaku mendengar orang bercakap – cakap. Aku mengintip sedikit ruang tamu, dan ternyata Scott sedang berbicara dengan Zack. This is disaster, pikirku, tatapan mata Scott sangat berbeda seperti orang yang memberi hormat pada Zack. Bagaimana orang seperti Zack dapat dihormati. Ia saja tidak pernah menghormati orang. Sebelum Zack berkata macam – macam, aku akan menyelamatkan Scott.
            “oh, Scott kau sudah datang maaf kalau menunggu lama,” ucapku
            “tidak kok, aku ditemani oleh Zack dia sangat asik diajak mengobrol,” ucapnya, “jalan sekarang,” tawarnya
            “sure, come on,” kataku. Zack tertawa dalam diam, aku memberinya sebuah death glare adalanku. Zack tetap saja tertawa, aku lalu menarik Scott pergi.
            “kakakmu asik,” ucapnya saat menstarter mobilnya
            “asik bagaimana, kalau sama orang yang baru bertemu mungkin ia bisa asik, tapi kalau sudah akrab jangan harap kau bisa lari dari kejahilannya,” ucapku, lalu kami diam, I’s so awkward you know. “ bolehkah aku menyalakan radionya?” ucapku, bukan awalan yang bagus.
            “kau bercanda? Ya jelas boleh, ini ‘kan mobilmu juga!” ucapnya. Aku tersenym tipis, lalu menyalakan radio yang ada di mobil Scott. Lagu dari One Direction yang berjudul you and I terputar pada radio itu. Aku menatap Scott, yang rupanya menikmati lagu itu. Kuputuskan untuk tidak merubah channel radio itu. “kau tahu, not even the gods above can separate the two of us,” ucapnya diakhiri dengan senyuman yang manis.
            “kau tahu, aku belum pernah pacaran sebelumnya,” kataku
            “really?, not even once?,” ucapnya dengan aksen australianya yang khas
            “iya, beneran, kamu pacar pertamaku,” kataku
            “and I will be the last,” ucapnya,”udah sampai, ayo turun,” ucapnya. Aku keluar dari mobil Scott dengan tersenyum bahagia. Scott memegang tanganku seakan mengisyaratkan bahwa aku miliknya. Ketika di kampus jam masih menunjukan jam Sembilan lebih 15 menit. Aku dan Scott memutuskan pergi ke kafetaria kampus dulu. Aku berjalan beriringan ke counter makanan. Mengambil 2 nampan untuku dan Scott. Aku mengambil salad sayuran,  roti rosetass, dan pudding. Scott mengisi nampanya dengan salad buah, croissant, dan pudding. Untuk minuman aku memesan slushie hujau sedangkan Scott biru. Aku memilih bangku yang tidak terlalu terlihat. Aku memilih dipojok ruangan tempatnya lumayan nyaman dan tidak terekspose dengan jelas.
            Tak berapa lama Rachel datang dengan senampan fish and chips dan sekaleng coca-cola. “kenapa kalian memilih tempat dipojok?” tanyanya
            “kita nggak mau terekspos,” ucap Scott
            “kenapa?” Tanya Rachel
            “gak papa kita Cuma mau tempat yang sepi dan gak banyak pengganggu,” kataku. Tangan Scott mengangkat sendok saladnya lalu menyuapkannya padaku. Rachel menatap aku dan Scott tanpa berkedip.
            “guys? Are you alright?” ucapnya
            “we’re good, very good for me,” ucapnya
            “did I miss something,” kata Rachel lagi
            “dia belum tahu, babe,” ucap Scott padaku
            “babe? Are you guys dating?” Tanya Rachel, Scott dan aku mengangguk bersamaan. Cengiran lebar keluar dari mulut Rachel.”congratulation, guys! Akhirnya aku menemukan jawaban mengapa Scott tidak mau mengencani wanita yang ku comblangkan padanya,” ucap Rachel senang.
            “kau curiga padaku?” Tanya Scott
            “I just curious, mengapa setiap wanita yang ku comblangkan kepadamu selalu kau tolak, padaha wajahmu lumayan membuat hati wanita meleleh,” ucap Rachel panjang
            “how ‘bout you? Did my face melted your heart?” tanyaku
            “well, pertama aku melihatnya aku meleleh, dan masih meleleh juga sampai minggu lalu aku bertemu pria yang wajahnya mengalahkan Scott,” ucapnya
            “well, siapakah manusia itu?” tanyaku
            “aku tidak tahu namanya, tapi, kuasumsikan –,”
            “wait, kau berasumsi Rachel? Sejak kapan kau berasumsi?” Tanya Scott memotong ucapan Rachel
            “bisakah kau dengarkan aku dahulu? Oke kembali ke permasalahan, tapi, kuasumsikan ia sudah mempunyai anak karena dia membeli happy meal, di tempat kerjaku,” ucapnya
            “kau bekerja di McDonnald?” tanyaku
            “iya, memang kenapa?”
            “umm… jika ada lowongan kerja part-time kabari aku ya…, aku mau mencoba kerja part-time,” ucapku
            “oke,”
            “ini sudah jam sebelas kurang lima lebih baik kita segera keruang Prof. Henderson, mungkin dia tak akan memberikan toleransi jika kita terlambat,” ucap Scott
            “wow, tumben sekali kau Scott biasanya kau paling malas kalau ke kelas Prof. Henderson,” kata Rachel.
            “ini karena pacarku yang senantiasa memberikan dukungannya agar aku selalu semangat dalam belajar,” ucap Scott
            “kau beri apa dia?” Tanya Rachel padaku
            “entahlah Rachel, aku juga tidak tahu,” ucapku, Scott terus saja memelukku, bahkan sampai di ruang Prof. Henderson. Beberapa pasang mata melihat kami dengan tatapan merendahkan. Tapi, tak sedikit pula yang seperti berkata `aren’t they adorable’. Scott terus saja menggenggam tanganku sepanjang kuliah.
            Sepulang kuliah aku pergi kerumah sakit unuk menjenguk paman Felix. Seharusnya Rachel ikut, tapi urusan pekerjaan membuatnya tak bisa ikut.  Kondisinya sudah sangat stabil, bahkan sudah dipindahkan ke bangsal. aku berjalan mencari – cari bangsal Raflesia bersama Scott, nama yang aneh untuk sebuah bangsal rumah sakit. Aku akan memperkenalkan Scott pada paman Felix. Sesampainya di kamar paman Felix kulihat ada, paman Mario, Bobby, Micah, serta Zack.
            “paman,” sapaku sambil memeluknya
            “ouch, boy, disitu masih agak sakit,” lenguhnya
            “sorry, bagaimana bisa seperti ini paman?” tanyaku
            “aku juga gak tahu, mitch. Tiba – tiba saja ada orang berjaket nyerang aku gita aja, siapa dia?” ucap paman Felix menunjuk Scott
            “oh, kenalin paman ini pacar aku, Scott.” Ucapku, Bobby dan Micah berjengit terkejut.
            “apa? Jadi selama ini kamu gay?” Tanya paman Felix
            “kau tidak tahu paman? Tenyata kau orang yang paling tidak up to date,” ucapku
            “bagaimana dengan Grand-mu?” Tanya paman Felix
            “mereka belum tahu, hanya bibi Belle dan paman Fernando yang tau,” ucapku
            “apakah Anabelle dan Fernando baik padamu?” Tanyanya
            “sepertinya mereka sudah sadar, bahkan sebelum aku kesini bibi Belle memberikanku cokelat Belgium,” ucapku, “mungkin mereka akan meminta maaf jika melihatmu,” ucapku lirih
            “sudahlah, Mitch, aku sudah memaafkan mereka kok,” ucapnya sambil tersenyum lembut
            “that is my uncle,” kataku. Aku melihat Scott yang tengah bercengkrama dengan kakak – kakakku. Sepertinya, aku mulai lapar dan kuputuskan untuk mencari makanan dengan Scott. Mungkin McDonnald atau KFC akan menjadi pilihanku. “Scott, makan ‘yuk, aku lapar!”
            “dimana?” tanyanya
            “MCD atau KFC?”
            “MCD aja” sambar Zack, “aku ikut,”
            “okey,” ucapku pelan. Kami pergi menaiki mobil Scott. Kami pergi ke MCD terdekat, yang ternyata hanya sekitar 50 meter dari rumah sakit, “kenapa kita gak jalan aja?” Tanyaku.
            “kita ‘kan sekalian pergi ke toko furniture nanti,” kata Scott, ngomong – ngomong Scott sudah kuberi tahu tentang apartemenku.
            “memang siapa yang butuh furniture?” Tanya Zack
            “aku” jawabku singkat
            “buat apa?”Tanya Zack lagi
            “aku beli apartement kakak,” ucapku
            “kenapa? Buat apa? terus uncle tahu tidak? Bagaimana Mum and Dad?” ucapnya bertubi – tubi
            “kenapa, aku gak tahu mengapa.buat apa, untuk memperdekat jalanku dengan kampus. Mom dan dad tahu, aku belum memberi tahu siapapun dikeluarga, kau yang pertama tahu,” kataku. Kami masuk ke bagian pemesanan.”hai Rachel,” ucapku saat tahu yang ada di kasir adalah Rachel.
            “hi Lovebirds, mau pesan apa?” katanya
            “very professional, 2 paket regular saja dank au, Zack?” tanyaku pada Zack yang sekarang sedang bengong menatap Rachel. Begitupun Rachel yang menatap Zack dalam, “hey,”ucapku sambil melambaikan tangan tepat di mata Zack dan Rachel, sepertinya mereka jatuh cinta.
            “mmm……. Apa tadi?” Tanya Zack
            “kau mau paket apa? aku dan Scott paket regular,” ucapku
            “happy meal,” katanya
            “oke, Rach. 2 paket regular dan paket happy meal,” ucapku, setelah kami membawa nampan masing – masing. Aku mengeluarkan beberapa dollar untuk membayar makanan kami. Aku mulai mencari – cari tempat duduk yang nyaman. Tapi, Zak yang mendapatkan tempat duduk itu. Dekat dengan kasir, aku tak tahu mengapa. Tapi aku berasumsi Zack ingin melihat Rachel lebih dekat. Aku makan sambil bermain – main dengan hadiah dari happy meal. Sebuah action figure dari film How to Train Your Dragon 2. Aku melirik Zack, dia melihat Rachel dengan terpesona. Aku jadi yakin kalau Zack terkena love at first sight pada Rachel. Aku menyenggol Scott dengan sikuku, untuk memberinya perhatian.
            “bagaimana kalau kita jadi match – makernya Zack sama Rachel?” bisik Zack
            “oh, great, aku selalu ingin menjadi match – maker,” ungkapku, boleh dikata aku suka menjodohkan sesuatu. Meskipun itu hal yang sangat tidak cocok sekalipun. Selesai makan Zack masih ingin mengikuti aku dan Scott. Kami sampai di toko furniture rekomendasi dari Scott. Furniture disini kelihatannya bagus serta kalau kulihat di tag harga, harganya cukup miring. Aku memilih 2 springbed ukuran sedang, 2 lemari ukuran sedang, seperangkat sofa, meja belajar, mungkin untuk yang lain aku beli lain hari. Perabotanku akan dikirim besok jam satu siang. Jadi aku masih bisa berkuliah.
            “so dimana apartementmu, Mitch,” Tanya Zack
            “Royal apartement and condotel, itu hanya 2 blok dari kampus,” ucapku
            “uangnya?” tanyanya lagi, “kau pasti minta Mum ya, atau Dad,”
            “nggak, bukan mereka, dan kalau aku minta Mum, jadinya gak akan seperti ini,” ucapku
            “lah terus?”
            “aku pakai tabunganku sendiri, Zack!”
            “masa’ kau punya tabungan sebanyak itu,”
            “kau kira aku selalu pulang sekolah dalam keadaan lapar karena apa?”
            “oh,” responnya, aku bergeleng pelan. Kami memasuki gedung apartement yang aku tempati. Zack tak banyak komentar tentang apartement ini. saat sampai di apartementku, Zack memandangnya takjub. “kelihatannya kita membutuhkan sedikit warna untuk ruangan ini,” komentarnya saat melihat ruang tamuku
            “jangan berkomentar, aku suka warna putih,” ujarku
            “Mitch, menurutku kamar mandimu terlalu feminim,” komentar Zack lagi
            “biarin aku yang beli apartement ini,” kataku
            “kakakmu orang yang banyak komentar,” ungkap Scott
            “memang aku gak tahu Mum ngidam apa sewaktu mengandung dia,” selorohku
            “haha… mungkin ibumu mengidam Somin Cowell saat di X – Factor US,” ucapnya asal. Aku menoyor pelan kepalanya, dan menyengir lebar.
            “Mitch, ini jadi kamarku, ya? kalau aku menginap,” kata Zack
            “memangnya siapa yang mengijinkanmu menginap disini, lihat saja kamarmu di rumah berantakan, apalagi ini hanya apartement kecil bisa – bisa hancur,” ucapku disambut dengan gerutuan tak jelas dari Zack. “kau tahu kau juga bisa tinggal disini, kalau kau mau. Kita bisa jadi roommate,” ucapku pada Scott
            “bagaimana dengan rumahku?” katanya
            “aku hanya menawari aku tidak memaksa,” ujarku
            “akan kupikirkan,” ucapnya, lalu memelukku lembut. Aku menatap mata cokelat madunya yang menghangatkan. Aku tak tahu apa yang dipikiranku sekarang, seakan aku sudah terbius oleh pesonanya. Cengiran lebar keluar dari mulutnya, ia memajukan bibirnya dengan halus. Menyongsong bibirku yang dari tadi tersenyum tipis. Scott memegang kepalaku dan memperdalam ciumannya.
            “hey, guys, get a room,” teriak Zack dengan tiba – tiba. Aku memberikan death glare kepada Zack. Zack hanya cekikikan tak jelas lalu keluar dari apartementku.
            “yuk pulang,” kata Scott, sambil menggandengku, aku hanya tersenyum tipis. Zack sudah masuk kemobil Scott dari tadi. Sebenarnya aku masih jengkel dengan cara Zack mengganggu ciumanku dengan Scott. Tiba – tiba terdengar suara dari handphoneku. Aku mengangkat telfon yang ternyata dari Alex.
(Mitch & Alex On the Phone)
Alex: Mitch!
Mitch: ya, Alex?
Alex: kurasa aku tahu siapa yang menyerang pamanmu!
Mitch: SIAPA!!!
Alex: tapi bisakah kita bertemu? Aku sedang sibuk sekarang
Mitch: oke, Café dekat toko buku pukul 5 besok sore!, but, bagaimana kamu tahu?
Alex: err…. Kakakku bekerja di departemen kasus kepolisian, tanpa sengaja aku melihat kasus pamanmu. Lalu err……. Aku mengusut dari beberapa saksi dan mmmh….. akhirnya aku dapat mengetahui siapa dalang dibalik penyerangan itu
Alex: oh, oke ngomong – ngomong terima kasih Alex!
Alex: oke, sudah dulu, ya sampai bertemu nanti sore!
Mitch: iya, Alex
Alex: bye
Mitch: bye
(Phone End)
            “siapa?” Tanya Scott
            “teman, besok  jam 5 ikut aku ya,” jawabku
            “kemana?”
            “aku ada urusan sama yang telfon tadi,”
            “oke nanti aku jemput ya,” ucapnya
            “oke,” aku membangunkan Zack yang tanpa kusadari tertidur di jok belakang. Aku masuk kedalam rumah setelah mengucapkan selamat tinggal untuk Scott. Zack berlari menuju kamarnya, aku berasumi ia melanjutkan tidurnya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar