Genre: Romance, Gay, Boy x Boy
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sepulang dari taman, Scott mengantar
aku. Aku memberinya ciuman perpisahan, ciuman kali ini sungguh nikmat. Aku
seperti terbius oleh bibirnya yang nikmat. Berkali – kali aku memagutkan daguku
ke dagunya. “shh, tahan, sayang, kau harus tidur sekarang,” ucapnya
“oke, besok kau kuliah ‘kan?”
tanyaku
“iya, besok kujemput, pakai
mobilku,” ucapnya sambil tersenyum
“oke, aku tunggu besok,” ucapku
sembari membuka gerbang depan rumah. Aku melambaikan tanganku pelan pada Scott
lalu berlari menuju rumah. Untuk saat ini kurasa hanya Scott yang bisa
membuatku tersenyum. Aku merogoh saku celanaku karena merasakan pesan masuk
pada hand phoneku.
From:
Scott
To:
Mitch
Have a
nice dream sweety
Tulis sms itu di hand phoneku. Aku
tersenyum tipis saat membaca pesan itu. Setelah membersihkan diri seadanya aku
pergi ke bed tanpa membalas sms itu. Cukup egois memang tapi rasa kantuk yang
menggerogoti diriku membuatku tak bisa apa – apa. Sedetik kemudian aku merasa
seperti jatuh dalam relaksasi yang membuatku santai.
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Aku tidak tahu mengapa aku bangun
lebih awal. Saat kuliah aku biasanya bangun jam setengah tujuh. Tapi, ini baru
jam setengah enam aku sudah bangun. Maid – maid paman Felix pasti sudah
menyiapkan sarapan. Aku belum memberitahu mereka kalau aku nggak bisa langsung
makan, makanan yang berat. Aku mengambil toples sereal mixku, yaitu, semua
sereal yang kubeli beberapa hari lalu aku campur semua. Kebiasaanku, aku tidak
tahu mengapa aku suka mencampur sereal itu. Rasanya mungkin aneh bagi sebagian
orang. Tapi, bagiku itu rasa terbaik yang pernah ada. Aku memasukan serealku ke
mangkuk dan menuangkan susu rasa stroberi. Karena aku lebih suka susu rasa
stroberi di serealku daripada susu vanilla atau cokelat.
Aku mandi sesudah sarapan, kebiasaan
lamaku. Setelah berpakaian yang cukup pantas aku kembali melihat jam tanganku.
Masih jam tujuh lebih sepuluh menit. Aku turun keruang tamu dan melihat Zack
sedang menonton berita pagi. Ini cukup aneh biasanya Zack paling tidak suka
acara berita. Aku duduk disampingnya dan mengganti channel ke chanel
kesukaanku, Disney. Channel ini sekarang memutar kartun Phineas & Ferb.
Zack tidak berkomentar atas aksiku, ia hanya diam saja menatap kosong layar
televise.
“Zack,” panggilku, tak ada
jawaban,”Zack,”panggilku lagi dengan lebih keras. Oke aku kehabisan kesabaran.
“ZACHARY ALLAN CARELL, KALAU AKU
NGOMONG DIRESPON DONG,” teriakku
“apaan?” ucapnya singkat
“kamu kenapa, sih?” tanyaku
“kenapa, gimana?” Tanya Zack balik
“kenapa kamu bengong aja, lagi
mikirin apa?” tanyaku lagi
“eng….gak, gak papa!” ucapnya gagap,
‘aneh’ pikirku. Ia mengambil remote ditanganku lalu menggantinya dengan acara
music.
“ish, kok diganti?” ucapku kesal
“itu acara bocah,” ejeknya
“ ‘kan lebih keren, ketimbang, ugh,
itu film horror atau music video? Merinding aku ngeliatnya,” komentarku saat
music video yang diputar menampilkan korban tabrakan dari lagu maroon 5 yang
berjudul maps.
“tapi ‘kan, lebih baik dari seorang
anak yang membangun benda fantasi yang hasilnya selalu rusak atau hilang
dibagian akhir dan seekor platypus yang menjadi ditektif dan menggagalkan
rencana seorang ilmuwan jahat,” ucapnya cepat. Aku tak menjawab perkataan Zack.
Jam sudah menunjukan waktu setengah
Sembilan. aku kembali keatas untuk bersiap siap menuju ke kampus. Aku memasukan
buku – buku, laptop, serta tempat pensil ke tasku. Tak lupa aku membawa charger
handphone, charger laptop serta powerbankku. Aku kembali turun setelah semua
yang kubutuhkan telah masuk kedalam tasku. Setibanya diruang bawahaku mendengar
orang bercakap – cakap. Aku mengintip sedikit ruang tamu, dan ternyata Scott
sedang berbicara dengan Zack. This is disaster, pikirku, tatapan mata Scott
sangat berbeda seperti orang yang memberi hormat pada Zack. Bagaimana orang
seperti Zack dapat dihormati. Ia saja tidak pernah menghormati orang. Sebelum
Zack berkata macam – macam, aku akan menyelamatkan Scott.
“oh, Scott kau sudah datang maaf
kalau menunggu lama,” ucapku
“tidak kok, aku ditemani oleh Zack
dia sangat asik diajak mengobrol,” ucapnya, “jalan sekarang,” tawarnya
“sure, come on,” kataku. Zack
tertawa dalam diam, aku memberinya sebuah death glare adalanku. Zack tetap saja
tertawa, aku lalu menarik Scott pergi.
“kakakmu asik,” ucapnya saat
menstarter mobilnya
“asik bagaimana, kalau sama orang
yang baru bertemu mungkin ia bisa asik, tapi kalau sudah akrab jangan harap kau
bisa lari dari kejahilannya,” ucapku, lalu kami diam, I’s so awkward you know.
“ bolehkah aku menyalakan radionya?” ucapku, bukan awalan yang bagus.
“kau bercanda? Ya jelas boleh, ini
‘kan mobilmu juga!” ucapnya. Aku tersenym tipis, lalu menyalakan radio yang ada
di mobil Scott. Lagu dari One Direction yang berjudul you and I terputar pada
radio itu. Aku menatap Scott, yang rupanya menikmati lagu itu. Kuputuskan untuk
tidak merubah channel radio itu. “kau tahu, not even the gods above can
separate the two of us,” ucapnya diakhiri dengan senyuman yang manis.
“kau tahu, aku belum pernah pacaran
sebelumnya,” kataku
“really?, not even once?,” ucapnya
dengan aksen australianya yang khas
“iya, beneran, kamu pacar
pertamaku,” kataku
“and I will be the last,”
ucapnya,”udah sampai, ayo turun,” ucapnya. Aku keluar dari mobil Scott dengan
tersenyum bahagia. Scott memegang tanganku seakan mengisyaratkan bahwa aku
miliknya. Ketika di kampus jam masih menunjukan jam Sembilan lebih 15 menit.
Aku dan Scott memutuskan pergi ke kafetaria kampus dulu. Aku berjalan
beriringan ke counter makanan. Mengambil 2 nampan untuku dan Scott. Aku
mengambil salad sayuran, roti rosetass,
dan pudding. Scott mengisi nampanya dengan salad buah, croissant, dan pudding.
Untuk minuman aku memesan slushie hujau sedangkan Scott biru. Aku memilih
bangku yang tidak terlalu terlihat. Aku memilih dipojok ruangan tempatnya
lumayan nyaman dan tidak terekspose dengan jelas.
Tak berapa lama Rachel datang dengan
senampan fish and chips dan sekaleng coca-cola. “kenapa kalian memilih tempat
dipojok?” tanyanya
“kita nggak mau terekspos,” ucap
Scott
“kenapa?” Tanya Rachel
“gak papa kita Cuma mau tempat yang
sepi dan gak banyak pengganggu,” kataku. Tangan Scott mengangkat sendok
saladnya lalu menyuapkannya padaku. Rachel menatap aku dan Scott tanpa
berkedip.
“guys? Are you alright?” ucapnya
“we’re good, very good for me,”
ucapnya
“did I miss something,” kata Rachel
lagi
“dia belum tahu, babe,” ucap Scott
padaku
“babe? Are you guys dating?” Tanya
Rachel, Scott dan aku mengangguk bersamaan. Cengiran lebar keluar dari mulut
Rachel.”congratulation, guys! Akhirnya aku menemukan jawaban mengapa Scott
tidak mau mengencani wanita yang ku comblangkan padanya,” ucap Rachel senang.
“kau curiga padaku?” Tanya Scott
“I just curious, mengapa setiap wanita
yang ku comblangkan kepadamu selalu kau tolak, padaha wajahmu lumayan membuat
hati wanita meleleh,” ucap Rachel panjang
“how ‘bout you? Did my face melted
your heart?” tanyaku
“well, pertama aku melihatnya aku
meleleh, dan masih meleleh juga sampai minggu lalu aku bertemu pria yang
wajahnya mengalahkan Scott,” ucapnya
“well, siapakah manusia itu?”
tanyaku
“aku tidak tahu namanya, tapi,
kuasumsikan –,”
“wait, kau berasumsi Rachel? Sejak
kapan kau berasumsi?” Tanya Scott memotong ucapan Rachel
“bisakah kau dengarkan aku dahulu?
Oke kembali ke permasalahan, tapi, kuasumsikan ia sudah mempunyai anak karena
dia membeli happy meal, di tempat kerjaku,” ucapnya
“kau bekerja di McDonnald?” tanyaku
“iya, memang kenapa?”
“umm… jika ada lowongan kerja part-time
kabari aku ya…, aku mau mencoba kerja part-time,” ucapku
“oke,”
“ini sudah jam sebelas kurang lima
lebih baik kita segera keruang Prof. Henderson, mungkin dia tak akan memberikan
toleransi jika kita terlambat,” ucap Scott
“wow, tumben sekali kau Scott
biasanya kau paling malas kalau ke kelas Prof. Henderson,” kata Rachel.
“ini karena pacarku yang senantiasa
memberikan dukungannya agar aku selalu semangat dalam belajar,” ucap Scott
“kau beri apa dia?” Tanya Rachel
padaku
“entahlah Rachel, aku juga tidak
tahu,” ucapku, Scott terus saja memelukku, bahkan sampai di ruang Prof.
Henderson. Beberapa pasang mata melihat kami dengan tatapan merendahkan. Tapi,
tak sedikit pula yang seperti berkata `aren’t they adorable’. Scott terus saja
menggenggam tanganku sepanjang kuliah.
Sepulang kuliah aku pergi kerumah
sakit unuk menjenguk paman Felix. Seharusnya Rachel ikut, tapi urusan pekerjaan
membuatnya tak bisa ikut. Kondisinya
sudah sangat stabil, bahkan sudah dipindahkan ke bangsal. aku berjalan mencari
– cari bangsal Raflesia bersama Scott, nama yang aneh untuk sebuah bangsal
rumah sakit. Aku akan memperkenalkan Scott pada paman Felix. Sesampainya di
kamar paman Felix kulihat ada, paman Mario, Bobby, Micah, serta Zack.
“paman,” sapaku sambil memeluknya
“ouch, boy, disitu masih agak
sakit,” lenguhnya
“sorry, bagaimana bisa seperti ini
paman?” tanyaku
“aku juga gak tahu, mitch. Tiba –
tiba saja ada orang berjaket nyerang aku gita aja, siapa dia?” ucap paman Felix
menunjuk Scott
“oh, kenalin paman ini pacar aku,
Scott.” Ucapku, Bobby dan Micah berjengit terkejut.
“apa? Jadi selama ini kamu gay?”
Tanya paman Felix
“kau tidak tahu paman? Tenyata kau
orang yang paling tidak up to date,” ucapku
“bagaimana dengan Grand-mu?” Tanya
paman Felix
“mereka belum tahu, hanya bibi Belle
dan paman Fernando yang tau,” ucapku
“apakah Anabelle dan Fernando baik
padamu?” Tanyanya
“sepertinya mereka sudah sadar,
bahkan sebelum aku kesini bibi Belle memberikanku cokelat Belgium,” ucapku,
“mungkin mereka akan meminta maaf jika melihatmu,” ucapku lirih
“sudahlah, Mitch, aku sudah
memaafkan mereka kok,” ucapnya sambil tersenyum lembut
“that is my uncle,” kataku. Aku
melihat Scott yang tengah bercengkrama dengan kakak – kakakku. Sepertinya, aku
mulai lapar dan kuputuskan untuk mencari makanan dengan Scott. Mungkin
McDonnald atau KFC akan menjadi pilihanku. “Scott, makan ‘yuk, aku lapar!”
“dimana?” tanyanya
“MCD atau KFC?”
“MCD aja” sambar Zack, “aku ikut,”
“okey,” ucapku pelan. Kami pergi
menaiki mobil Scott. Kami pergi ke MCD terdekat, yang ternyata hanya sekitar 50
meter dari rumah sakit, “kenapa kita gak jalan aja?” Tanyaku.
“kita ‘kan sekalian pergi ke toko
furniture nanti,” kata Scott, ngomong – ngomong Scott sudah kuberi tahu tentang
apartemenku.
“memang siapa yang butuh furniture?”
Tanya Zack
“aku” jawabku singkat
“buat apa?”Tanya Zack lagi
“aku beli apartement kakak,” ucapku
“kenapa? Buat apa? terus uncle tahu
tidak? Bagaimana Mum and Dad?” ucapnya bertubi – tubi
“kenapa, aku gak tahu mengapa.buat
apa, untuk memperdekat jalanku dengan kampus. Mom dan dad tahu, aku belum
memberi tahu siapapun dikeluarga, kau yang pertama tahu,” kataku. Kami masuk ke
bagian pemesanan.”hai Rachel,” ucapku saat tahu yang ada di kasir adalah
Rachel.
“hi Lovebirds, mau pesan apa?”
katanya
“very professional, 2 paket regular
saja dank au, Zack?” tanyaku pada Zack yang sekarang sedang bengong menatap
Rachel. Begitupun Rachel yang menatap Zack dalam, “hey,”ucapku sambil
melambaikan tangan tepat di mata Zack dan Rachel, sepertinya mereka jatuh
cinta.
“mmm……. Apa tadi?” Tanya Zack
“kau mau paket apa? aku dan Scott
paket regular,” ucapku
“happy meal,” katanya
“oke, Rach. 2 paket regular dan
paket happy meal,” ucapku, setelah kami membawa nampan masing – masing. Aku
mengeluarkan beberapa dollar untuk membayar makanan kami. Aku mulai mencari –
cari tempat duduk yang nyaman. Tapi, Zak yang mendapatkan tempat duduk itu.
Dekat dengan kasir, aku tak tahu mengapa. Tapi aku berasumsi Zack ingin melihat
Rachel lebih dekat. Aku makan sambil bermain – main dengan hadiah dari happy
meal. Sebuah action figure dari film How to Train Your Dragon 2. Aku melirik
Zack, dia melihat Rachel dengan terpesona. Aku jadi yakin kalau Zack terkena
love at first sight pada Rachel. Aku menyenggol Scott dengan sikuku, untuk
memberinya perhatian.
“bagaimana kalau kita jadi match –
makernya Zack sama Rachel?” bisik Zack
“oh, great, aku selalu ingin menjadi
match – maker,” ungkapku, boleh dikata aku suka menjodohkan sesuatu. Meskipun
itu hal yang sangat tidak cocok sekalipun. Selesai makan Zack masih ingin
mengikuti aku dan Scott. Kami sampai di toko furniture rekomendasi dari Scott.
Furniture disini kelihatannya bagus serta kalau kulihat di tag harga, harganya
cukup miring. Aku memilih 2 springbed ukuran sedang, 2 lemari ukuran sedang,
seperangkat sofa, meja belajar, mungkin untuk yang lain aku beli lain hari.
Perabotanku akan dikirim besok jam satu siang. Jadi aku masih bisa berkuliah.
“so dimana apartementmu, Mitch,”
Tanya Zack
“Royal apartement and condotel, itu
hanya 2 blok dari kampus,” ucapku
“uangnya?” tanyanya lagi, “kau pasti
minta Mum ya, atau Dad,”
“nggak, bukan mereka, dan kalau aku
minta Mum, jadinya gak akan seperti ini,” ucapku
“lah terus?”
“aku pakai tabunganku sendiri,
Zack!”
“masa’ kau punya tabungan sebanyak
itu,”
“kau kira aku selalu pulang sekolah
dalam keadaan lapar karena apa?”
“oh,” responnya, aku bergeleng
pelan. Kami memasuki gedung apartement yang aku tempati. Zack tak banyak
komentar tentang apartement ini. saat sampai di apartementku, Zack memandangnya
takjub. “kelihatannya kita membutuhkan sedikit warna untuk ruangan ini,”
komentarnya saat melihat ruang tamuku
“jangan berkomentar, aku suka warna
putih,” ujarku
“Mitch, menurutku kamar mandimu
terlalu feminim,” komentar Zack lagi
“biarin aku yang beli apartement
ini,” kataku
“kakakmu orang yang banyak
komentar,” ungkap Scott
“memang aku gak tahu Mum ngidam apa
sewaktu mengandung dia,” selorohku
“haha… mungkin ibumu mengidam Somin
Cowell saat di X – Factor US,” ucapnya asal. Aku menoyor pelan kepalanya, dan
menyengir lebar.
“Mitch, ini jadi kamarku, ya? kalau
aku menginap,” kata Zack
“memangnya siapa yang mengijinkanmu
menginap disini, lihat saja kamarmu di rumah berantakan, apalagi ini hanya apartement
kecil bisa – bisa hancur,” ucapku disambut dengan gerutuan tak jelas dari Zack.
“kau tahu kau juga bisa tinggal disini, kalau kau mau. Kita bisa jadi
roommate,” ucapku pada Scott
“bagaimana dengan rumahku?” katanya
“aku hanya menawari aku tidak
memaksa,” ujarku
“akan kupikirkan,” ucapnya, lalu
memelukku lembut. Aku menatap mata cokelat madunya yang menghangatkan. Aku tak
tahu apa yang dipikiranku sekarang, seakan aku sudah terbius oleh pesonanya.
Cengiran lebar keluar dari mulutnya, ia memajukan bibirnya dengan halus.
Menyongsong bibirku yang dari tadi tersenyum tipis. Scott memegang kepalaku dan
memperdalam ciumannya.
“hey, guys, get a room,” teriak Zack
dengan tiba – tiba. Aku memberikan death glare kepada Zack. Zack hanya
cekikikan tak jelas lalu keluar dari apartementku.
“yuk pulang,” kata Scott, sambil
menggandengku, aku hanya tersenyum tipis. Zack sudah masuk kemobil Scott dari
tadi. Sebenarnya aku masih jengkel dengan cara Zack mengganggu ciumanku dengan
Scott. Tiba – tiba terdengar suara dari handphoneku. Aku mengangkat telfon yang
ternyata dari Alex.
(Mitch
& Alex On the Phone)
Alex:
Mitch!
Mitch:
ya, Alex?
Alex:
kurasa aku tahu siapa yang menyerang pamanmu!
Mitch:
SIAPA!!!
Alex:
tapi bisakah kita bertemu? Aku sedang sibuk sekarang
Mitch: oke,
Café dekat toko buku pukul 5 besok sore!, but, bagaimana kamu tahu?
Alex:
err…. Kakakku bekerja di departemen kasus kepolisian, tanpa sengaja aku melihat
kasus pamanmu. Lalu err……. Aku mengusut dari beberapa saksi dan mmmh…..
akhirnya aku dapat mengetahui siapa dalang dibalik penyerangan itu
Alex:
oh, oke ngomong – ngomong terima kasih Alex!
Alex:
oke, sudah dulu, ya sampai bertemu nanti sore!
Mitch:
iya, Alex
Alex:
bye
Mitch:
bye
(Phone
End)
“siapa?” Tanya Scott
“teman, besok jam 5 ikut aku ya,” jawabku
“kemana?”
“aku ada urusan sama yang telfon
tadi,”
“oke nanti aku jemput ya,” ucapnya
“oke,” aku membangunkan Zack yang
tanpa kusadari tertidur di jok belakang. Aku masuk kedalam rumah setelah
mengucapkan selamat tinggal untuk Scott. Zack berlari menuju kamarnya, aku
berasumi ia melanjutkan tidurnya.